Petani Ini Menjual Anak Demi Bayar Hutang, Dampak dari Gagal Panen - Seorang petani dari sebuah desa Mohanpura di negara bagian Madhya Pradesh, India Tengah, terbelalak menyaksikan hujan lebat dan hujan batu es menghancurkan panennya, padahal ia ingin memanen guna melunasi hutang-hutangnya yang menumpuk.
Hingga pada akhirnya Lal Singh tak punya pilihan lain untuk menafkahi keluarganya. Ia pun menjual dua orang putranya kepada seorang gembala untuk bekerja elama setahun dan menerima upah US$ 500, atau sekitar 6,5 juta rupiah.
Petani Ini Menjual Anak Demi Bayar Hutang, Dampak dari Gagal Panen
Petani Ini Menjual Anak Demi Bayar Hutang, Dampak dari Gagal Panen |
"Saya tidak punya uang untuk membayar utang. Saya membutuhkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan dan meneruskan bercocok tanam," kata Singh dalam sebuah wawancara di Mohanpura, Daily Mail.
Ia pun sadar dengan yang dilakukannya, anaknya berpeluang mendapatkan hukuman apabila tak bekerja secara benar, dan di India menjual anak untuk kemudian dipekerjakan adalah ilegal.
Tak hanya oleh hujan Singh gagal panen, cuaca panas ekstrim yang melanda India beberapa hari belakangan juga membuat jutaan hektar sawah kering kerontang.
Fenomena menjual anak untuk kerja paksa memang bukan merupakan fenomena baru di India, dan pemerintah setempat juga telah memantau secara khusus akyivitas ini sejak satu dasawarsa.
"Ini sangat mengkhawatirkan bahwa petani terpaksa menjual anak-anak mereka untuk membayar utang. Kita tidak bisa membiarkan anak-anak disalahgunakan dan diperdagangkan dengan cara ini," kata Rajnish Shrivastava, seorang relawan.
Pihak berwenang sendiri tengah melakukan pengawaan terhadap para gembala (penampung anak) yang kebanyakan dari mereka menaruh anak-anak yang di jual kepenampungan utuk melakukan kerja paksa lainnya.
"Pihak berwenang telah memerintahkan penyelidikan, sementara gembala yang diduga membeli lima anak yang diselamatkan itu telah didakwa melanggar hukum anak-anak dan sedang menunggu sidang," kata Shrivastava lagi.
Data pemerintah India mencatat, bahwa negara bagian Madhya Pradesh adalah di antara yang paling terpukul tahun ini, dengan lebih dari 570.000 hektar tanaman rabi - gandum dan tanaman lainnya yang ditabur di musim dingin dan dipanen pada musim semi - hancur oleh hujan lebat dan hujan es.
Efeknya yang paling memprihatinkan adalah, sekitar 40 petani melakukan bunuh diri atau meninggal karena sakit. Tak sedikit juga dari mereka yang stress kemudian menjadi gila. Situasi genting tersebut ternyata juga melanda beberapa negara bagian lainnya, termasuk Maharashtra, Rajasthan, dan Punjab.